Seniman Tradisional

 Ali Ustar Lubis, adalah salah seorang seniman tradisional yang bertempat tinggal di desa Tombang Bustak, Mandailing Julu dan berusia sekitar 50 tahun. Ia cukup ahli memainkan berbagai jenis alat musik tiup seperti suling, tulila dan uyup-uyup. Mata pencaharian untuk menghidupi keluarganya adalah bertanam padi di sawah dan berkebun di ladang. Seni pertunjukan musiknya, yaitu uyup-uyup, telah direkam dan ditayangkan secara audio-visual oleh beberapa stasiun televisi nasional.

Darman Lubis, berusia sekitar 45 tahun dan bertempat tinggal di desa Bariang yang bersebelahan dengan desa Tombang Bustak. Sama halnya dengan Ali Ustar Lubis, Darman Lubis juga ahli memainkan alat musik tiup, terutama tulila dan suling. Untuk menghidupi keluarganya, ia bertanam padi di sawah dan berkebun di ladang. Seringkali ia menginap di ladangnya untuk merawat dan menjaga tanam-tanamannya dari gangguan hama tanaman seperti erek (kera) dan bodat (monyet).

tulila.jpg Muron Dalimunte, bertempat tinggal di Huta Pungkut Julu dan berusia sekitar 50 tahun. Di samping sebagai seniman yang ahli memainkan alat musik tiup, ia juga seorang datu (dukun) yang selalu membantu untuk menyembuhkan penyakit warga desa yang berobat kepadanya. Beliau ini sangat ahli memainkan berbagai macam alat musik tiup seperti sordam, salung, suling, uyup-uyup, saleot dan tulila. Selain bertanam padi di sawah dan berkebun di ladang, ia juga memelihara ternak seperti kambing, kerbau dan lembu untuk dijual sebagai sumber mata pencaharian tambahan.

etek.jpg Munir Lubis, berusia sekitar 50 tahun dan bertempat tinggal di Huta Baringin yang juga bersebelahan dengan desa Tombang Bustak dan Bariang. Selain bertani, ia juga memiliki sebuah lopo (warung kopi) di rumahnya. Warung kopi miliknya itu selalu ramai dikunjungi orang, termasuk seniman-seniman tradisional karena beliau salah satu panjangati (master drum) yang cukup ahli dalam seni pertunjukan Gordang Sambilan. Kepandaiannya itu mungkin diwarisi dari orang tuanya yang cukup terkenal sebagai panjangati dalam permainan Gordang Sambilan semasa hidupnya dahulu. Beliau juga sangat ahli memainkan Gondang Dua dan Etek.

saleot.jpg Hottob dan Aspan Matondang, adalah seniman tradisional yang bermukim di desa Habincaran, Ulu Pungkut. Kakak-beradik yang sudah berusia sekitar 50 tahun ini dapat memainkan semua alat musik tradisional Mandailing dengan baik. Mereka bergabung dalam ensambel Gordang Sambilan Tamiang yang dipimpin oleh Guru Panusunan Lubis (alm) yang telah mempertunjukkan kebolehan mereka ke luar wilayah Mandailing, baik dalam maupun luar negeri. Meskipun mereka berdua memperoleh penghasilan tambahan dari bermain musik, akan tetapi mata pencaharian pokok mereka tetap bertani dan berladang di desa tempat tinggal mereka yang berhawa sejuk.

Lukman Hakim Lubis, adalah seorang datu (dukun) yang bertempat tinggal di desa Maga Lombang, Mandailing berusia sekitar 52 tahun. Selain memiliki keahlian di bidang pengobatan tradisional, beliau ini juga sangat ahli menyajikan cerita bertutur yang disebut turi-turian. Selama melakukan penelitian musik dan budaya tradisional di Mandailing untuk kepentingan penyusunan skripsi sekitar sebelas tahun lalu, hanya beliau inilah yang saya temukan orang Mandailing yang pandai marturi. Di masa lalu, seorang parturi sangat dihormati, disegani, disenangi dan dinantikan-nantikan oleh warga masyarakat kehadirannya untuk marturi. Bisa dimaklumi karena dahulu acara hiburan bagi warga desa sangat jarang terjadi mengingat minimnya jenis hiburan dan kegiatan seni pertunjukan di masa lalu. Apabila isi turi-turian yang disampaikan oleh parturi tersebut diamati secara cermat, ternyata kandungan isinya menyangkut banyak hal seperti nasihat, adat-istiadat, tata krama, sejarah dan sebagainya. Oleh sebab itulah seorang parturi yang cukup handal pada dasarnya mengetahui dan memahami seluk-beluk kesenian dan kebudayaan Mandailing.

Parlagutan Nasution, berusia sekitar 50 tahun dan bertempat tinggal di Desa Pastap Julu, Mandailing Julu. Di samping bertanam padi di sawah dan berkebun di ladang untuk menghidupi keluarganya, ia juga sering diminta orang yang menyelenggarakan upacara adat perkawinan dan acara-acara yang diselenggarakan pemerintah daerah untuk mempertunjukkan kebolehannya bermain suling dan marende (sitogol, ungut-ungut, dan jeir), baik di Mandailing maupun ke luar daerah Mandailing. Sekarang beliau menjadi Kepala Desa Pastap Julu di Kecamatan Kotanopan.

gondang-bulu.jpg Dingin Lubis, adalah seorang lelaki tua yang bertempat tinggal di Huta Pungkut Julu, sekampung dengan sahabatnya Muron Dalimunte. Mata pencaharian Dingin Lubis juga bertani untuk menghidupi keluarganya. Beliau cukup ahli memainkan alat musik Gondang Bulu dan Marende (sitogol, ungut-ungut, dan jeir).

Drs. Akhmad Bachsan Parinduri, adalah sarjana sastra Bahasa Indonesia dari Universitas Sumatera Utara Medan dan sekarang mengajar di beberapa sekolah swasta di kota Medan. Ia berasal dari desa Tombang Bustak (Kotanopan, Mandailing Julu) dan telah berumah tangga serta memiliki beberapa anak. Teman baik saya ini, disamping ahli dibidangnya yaitu kesasteraan, ia juga pandai memainkan Gordang Sambilan (baik sebagai panjangati maupun eneng-eneng, udong-kudong dan panulus). Ia juga jago margitar dan marende. Dengan kata lain, ia dapat digolongkan kepada “alak na bahat uti-utian” dalam masyarakat Mandailing.

Sani Pulungan, juga adalah seorang lelaki separuh baya (andor so ayu) yang berdomisili di desa Tombang Bustak. Untuk menghidupi keluarganya ia bertani di sawah dan berladang di kebun. Di samping itu ia juga membuka “lopo” (warung kopi) di bagian depan rumahnya. Lopo-nya ini selalu ramai dikunjungi penduduk desa, terutama di saat pagi hari (setelah usai sholat subuh) sebelum berangkat ke sawah atau ladang, dan begitu juga pada malam hari, bahkan sampai larut malam lopo-nya ini masih buka karena para pelangggannya seringkali memanfaatkan lopo tersebut sebagai tempat “marburas” atau “markombur” untuk membahas berbagai persoalan kampungnya hingga masalah dunia. Di kampungnya, Sani Pulungan termasuk salah seorang yang cukup pandai memainkan Gordang Sambilan.

Makmur Lubis gelar Sutan Baringin, adalah salah seorang turunan Raja di Desa Habincaran, Ulu Pungkut, Mandailing Julu. Meskipun ia seorang raja namun ia berpenampilan bersahaja seperti Si Tuan Najaji (orang kebanyakan) dan untuk menghidupi keluarganya ia bertanam padi di sawah dan berkebun di ladang. Sebagai seorang Raja sudah pasti beliau mengetahui adat-istiadat Mandailing secara lebih mendalam, terutama “markobar adat”. Namun tidak hanya itu, beliau ini juga sangat ahli dalam memainkan Gordang Sambilan, terlebih-lebih sebagai “panjangati” (master drum). Di Sopo Godang (”Balai Sidang Adat”) yang terletak di samping istananya (Bagas Godang) terdapat ensambel Gordang Sambilan, yang dapat dimainkan setiap saat apabila diperlukan, misalnya untuk latihan musik dan menyambut tamu-tamu yang berkunjung ke istananya. Tidak jauh dari Desa Habincaran ini, sekitar 500 meter, kita dapat menyaksikan Bagas Godang lainnya di sebuah desa yang cukup legendaris di Mandailing Julu, yaitu Huta Godang. Turunan raja Huta Godang yang cukup terkenal antara lain Raja Gadombang yang pernah berperang melawan penjajah Belanda, mantan Gubernur Sumatera Utara Raja Junjungan Lubis (alm) dan Batara Lubis seorang pelukis di Yogyakarta. Turunan mereka yang menempati Bagas Godang di Huta Godang ini sekarang adalah Sutan Singasoro, salah seorang informan saya sewaktu melakukan penelitian lapangan di Mandailing Julu sepuluh tahun lalu.

moncak.jpg Supri Lubis, adalah salah seorang pemain Gondang  Dua yang cukup terampil dari Huta Pungkut, sekampung dengan Jenderal Abdul Haris Nasution, terutama sebagai “pangayak“ dalam memainkan Gondang Porang dan mengiringi seni pertunjukan Moncak (pencak silat). Di Huta Pungkut ini terdapat salah satu perguruan pencak silat yang cukup terkenal dan tempat latihannya terletak di suatu tempat yang dinamakan Saba Garabak, jaraknya sekitar 1 kilometer dari Huta Pungkut. Sama seperti seniman tradisional lainnya, untuk menghidupi keluarganya ia bertanam padi di sawah dan berkebun di ladang.

Dagar Lubis, adalah salah seorang instruktur musik tradisional Mandailing di Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra USU Medan. Boleh dikatakan ia mampu memainkan hampir semua instrumen musik tradisional Mandailing. Ia berasal dari Pakantan yang sejuk dan terkenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi terbaik di dunia.

Zulkifli Matondang, juga adalah instruktur musik tradisional Mandailing di Jurusan Etnomusikologi USU Medan, namun ia berasal dari Ulu Pungkut. Selain mampu memainkan hampir semua instrumen dan musik Mandailing, secara khusus ia mengajarkan seni tari tradisional Mandailing, yaitu Tortor. Beliau ini pernah menginformasikan kepada saya, bahwa bagaimana sebenarnya karakteristik bunyi musik Tulila itu dapat diketahui dari sebuah cerita pendek yang berjudul: Anggokgok Di Tonga Padang. “Konon, ada seekor induk burung bernama Anggokgok yang bersarang di setumpuk padang ilalang yang terletak di dekat ladang seorang peladang (parkauma). Di dalam sarangnya terdapat 3 (tiga) anaknya yang baru menetas. Kebetulan si parkauma mau memperluas areal kebunnya, lalu ia membakar padang ilalang yang ada di dekat kebunnya itu. Melihat padang ilalang itu terbakar, sang induk burung cepat-cepat terbang ke sarangnya untuk melindungi anak-anaknya yang masih kecil-kecil itu. Dengan sayapnya ia berusaha memadamkan api yang semakin lama semakin berkobar dan besar. Namun apa daya sang induk burung, dengan hanya mengepak-ngepakkan sayapnya ia tidak akan mungkin dapat memadamkan api yang berkobar-kobar itu. Ia menangis sedih, sementara itu anak-anaknya mencicit terus meradang kesakitan di dalam sarang yang terbakar. Tidak lama kemudian, anak-anaknya pun mati karena sarangnya sudah hangus dilahap api, dan disusul kematian induk burung karena terpanggang oleh panasnya api yang berkobar-kobar mengelilinginya”. Dari isi cerita ini dapat dikatahui bahwa karakter musik tulila itu “melankolis”, sesuai dengan tujuan penggunaannya yaitu untuk membujuk, merayu dan meluluhkan hati anak gadis dalam kegiatan mangkusip di malam hari.

salung.jpg Arman Lubis, adalah seorang peniup alat musik salung yang cukup handal dan temannya Amran Lubis seringkali ikut serta menyanyikan ende ungut-ungut. Kedua seniman tradisional ini bertempat tinggal di Huta Pungkut dan pekerjaan pokok mereka adalah bertanam padi di sawah dan berkenun di ladang untuk menghidupi keluarganya. Penulis memperoleh beberapa kali kesempatan merekam permainan salung dan ende ungut-ungut pada waktu tengah malam yang dingin dan sepi di pinggiran kampung.

Explore posts in the same categories: Bisuk

15 Komentar pada “Seniman Tradisional”

  1. Junid Saham Says:

    Horas…!
    Minta mohon kepada sesiapa yamg boleh menceritakan sedkit hal asal-usul marga MATONDANG.
    Terima kasih


  2. ya, saya…
    katanya matondang dan daulai anak dari par mata sapihak di daerah Barumun Padang lawas…. cucunya kemudian pindah ke Angkola Jae, pintu padang kira kira 17 km dari kota Sidempuan, kemudian turunanya pergi ke Muara Mais, Pastap, Botung, dan bahkan ke Pasaman Barat Sumatera Barat, seperti Ujung Gading, … Sialping.

    Ini cerita cerita…. siapa tahu ada kebennarannya kita sambung lagi…
    Okey, saudara Junid Saham… Salam kenal
    If you need information exchange see me in this forum

    welll
    tarimokasi da angkang…

  3. edi nasution Says:

    Sipaingot ni ompung-ompungta na jolo laning
    Muloi do sian Portibi an santak tu Pasaman
    I ma luat ni Harajaonta na jolo ima Mandala Holing
    Arani i ulang be lupa ita sampe tu akhir saman

  4. darwin Says:

    tadi yang bernama parlagutan nasution dari pastap julu. itu tempat tinggal saya,saya juga kenal sama dia.

  5. edinasution Says:

    Benar, amanguda Parlagutan Nasution berdomisili di desa Partap Julu dan kepala desanya adalah beliau sendiri. Ia sangat pandai marende ungut-ungut, sitogol, jeir dan onang-onang sehingga beliau sering diminta untuk menyanyikan berbagai jenis ende tersebut pada upacara adat perkawinan baik di Mandailing maupun di luar Mendailing. Alhamdulillah, di desa Pastap Julu masih ada satu-dua orang yang masih mau melestarikan kesenian tradisional Mandailing, termasuk amanguda tersebut. Horas !!!


  6. salam kenal tu koum2 namarga matondang dari pasaman barat silaping
    adong usul tu koum2 marga matondang
    sondia muda ita bentuk satu komunitas marga matondang
    anso bisa marbagi cerita dan pengalaman nita masing2 . terima kasih

  7. edinasution Says:

    Adope koum nami marga Matondang, marlagut ma so mambaen sada punguan.

  8. budin harahap Says:

    salam. adong do na mamboto tontang keturunan mantagor . Na pambotongku naboron ia manjadi raja diMondang.Se bahagian keluarga dia mang pindah to Malaysia. Au salah saorang anak cucu dia. Ese-ese na mamboto mangido tolong dapat kiraanna
    manulis carito na dison ataua tulis E-mal tu jau dialamat www@ Yahoo . bahudinm.com.

  9. bundaelly Says:

    salam..
    saya elly lubis. asal ranah batahan, pasaman

    salam kenal

  10. Zulkarnaen Matondang Says:

    Setuju pembentukan komunitas marga Matondang. ise do mamfasilitainya. untuk sementara muda adong nagiot kirim data tu email ; media.persada@yahoo.com
    mauliate. zulkarnaen matondang

  11. Rangkuti Says:

    Salam kenal tu koum-koum na marmarga Rangkuti na sian Magalombang.

  12. edinasution Says:

    Adope, ma ro “Ompung i”, “Raja i”, “Na Gogo i” sian Maga Lombang i bo … khak … !!!

  13. diaru Says:

    Sai horas jala gabe ma hita sasudena nian nadung hadir dohot patandahon diri na diporum on. sonang jala gabe ilala boto mangida sa.

    Mala bolas antong pangidoan mur ma maju ma nian hita halak Mandailing , saguman na ni dok halak Mandailing, rap dohot kamajuan ni gondang sambilan model san nari i.

    Dia ma antong so udok songoni , mala ita ligi aha na ung tarjadi di maso on , mang da songon i maju na ita on, tai songoni ma rupa ni.
    ” Mala na mulak tu ita an dabo inda porlu be i iba mabiar lopus arani tarpodom, arana saon nari on antong dao dope ita so tolap tu bagas madung i pasang mai gordang sambilan i di na manyambut halak na angkan masuk tu wilayah Mandailing “. Songon i ma kamajuan na .

    ” Arani deges ni dalan i”.

    Mala tola marsugari :

    Sain bahat baya hasil bumi sian ita an adong do luai na tolap tu Medan dohot tu Jawa san nari on, songoni dohot hasil-hasil na asing na i .

    Mala les na songon i dope dalan i na marangan angan dope da ita on.

  14. alinor nasution Says:

    horas mandailing……jia ma dongan logu2 mandailingi


  15. sungguh hebat tombang bustak bisa melahirkan 3 seniman adat musik tradisional mandailing.
    hari kedepannya,!!!
    apakah ada anak t.bustak yang bisa melanjutkan seniman yang 3 ini?????
    apa hilang begitu saja..??!!!


Tinggalkan Balasan ke Zulkarnaen Matondang Batalkan balasan